Bagaimana agar saya bisa menjadi mentor yang baik ? apa saja yang harus saya persiapkan dan harus saya pahami ?
Mentor adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa
digunakan untuk meningkatkan kemampuan da’iyah seorang kader. Pada saat
seseorang menyampaikan materi, secara tidak langsung ia juga belajar
untuk memahami kembali materi yang ada. Orang bijak pernah berkata,
ketika Anda bisa mengajarkan sesuatu kepada orang lain, maka Anda
berarti telah memahami sesuatu. Saya sangat sepakat dengan statement
ini, dimana seseorang yang menjadi mentor tentu akan menyiapkan dirinya
dengan baik.
Proses kaderisasi dua arah ini sangat diharapkan dapat dilakukan oleh semua kader, bagaimana seorang kader dakwah bisa melakukan aktifitas tarbiyah dan dakwah secara bersamaan. Oleh karenanya dibutuhkan pelatihan dan kesempatan untuk mempraktikan menjadi mentor sejak dini dan berkelanjutan.
Dalam beberapa kesempatan saya memberikan materi pada diklat mentor pada beberapa kampus atau SMU, saya menemukan masalah yang kerap ditemukan oleh para mentor pemula. Permasalahan ini seputar, ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang terbatas, kepercayaan diri, serta kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang amanah. Dan, yang membuat saya bingung adalah, kenapa semua alasan ini sering dijadikan sebuah alasan untuk tidak mau menjadi mentor. Penundaan kesiapan ini justru membuatnya tidak menjadi mentor untuk selamanya karena tidak urung memulai.
Pada dasarnya alasan diatas bisa diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Ketidakpahaman akan materi bisa disolusikan dengan membaca buku referensi yang tepat, saya sangat kagum pada buku Satria Hadi Lubis yang banyak berbicara tentang menjadi mentor yang baik. Selain buku panduan menjadi mentor, buku buku pemahaman diniyah dan wawasan umum perlu juga kita baca. Permasalahan komunikasi bisa diselesaikan dengan latihan berbicara dari lingkup yang kecil, mungkin dimulai dari didepan satu orang saja, lalu didepan 5 orang, dan seterusnya hingga ada keyakinan pada diri untuk berbicara, atau mungkin berbicara di depan cermin dapat menjadi media untuk latihan tambahan. Ketidakercayaan diri juga saat ini bisa dibantu dengan mencoba berpikir positif serta memandang kelebihan diri sebagai sebuah keunggulan. Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina dari yang lebih muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah Anda seorang mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan untuk memberikan materi mentoring. Untuk kekhawatiran bahwa Anda tidak bisa amanah akan apa yang disampaikan, Anda bisa mentekadkan dalam diri bahwa setelah Anda menyampaikan sesuatu, maka Anda akan langsung menjalankannya.
Bisa saya coba memahami bahwa sebab mengapa ada kader yang punya permasalahan diatas adalah dikarenakania tidak cukup memiliki bekal yang layak untuk menjadi mentor, selain bekal secara ilmu, bekal secara pengalaman atau jam terbang menjadi kebutuhan tersendiri. Berbagai teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak bisa kita dapati, akan tetapi ternyata untuk mengaplikasinya secara penuh merupakan tantangan tersendiri, karena setiap orang punya personal capacity yang berbeda dan kondisi setiap anggota kelompok juga berbeda. Sehingga trik di lapangan akan lebih bermanfaat ketimbang pemahaman materi saja.
Pada kasus ini saya akan menyampaikan beberapa tips saja untuk menjadi seorang mentor yang memahami posisinya, saya tidak akan berbicara materi apa yang tepat atau bagaimana berkomunikasi, akan tetapi jika Anda memahami peran Anda sangat penting sebagai mentor ini, harapan saya Anda bisa termotivasi untuk menjadi mentor yang terus belajar menjadi lebih baik.
Dalam ekskalasi tahapan pembinaan, kita mengenal beberapa tahapan, yakni ;
Proses kaderisasi dua arah ini sangat diharapkan dapat dilakukan oleh semua kader, bagaimana seorang kader dakwah bisa melakukan aktifitas tarbiyah dan dakwah secara bersamaan. Oleh karenanya dibutuhkan pelatihan dan kesempatan untuk mempraktikan menjadi mentor sejak dini dan berkelanjutan.
Dalam beberapa kesempatan saya memberikan materi pada diklat mentor pada beberapa kampus atau SMU, saya menemukan masalah yang kerap ditemukan oleh para mentor pemula. Permasalahan ini seputar, ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang terbatas, kepercayaan diri, serta kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang amanah. Dan, yang membuat saya bingung adalah, kenapa semua alasan ini sering dijadikan sebuah alasan untuk tidak mau menjadi mentor. Penundaan kesiapan ini justru membuatnya tidak menjadi mentor untuk selamanya karena tidak urung memulai.
Pada dasarnya alasan diatas bisa diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Ketidakpahaman akan materi bisa disolusikan dengan membaca buku referensi yang tepat, saya sangat kagum pada buku Satria Hadi Lubis yang banyak berbicara tentang menjadi mentor yang baik. Selain buku panduan menjadi mentor, buku buku pemahaman diniyah dan wawasan umum perlu juga kita baca. Permasalahan komunikasi bisa diselesaikan dengan latihan berbicara dari lingkup yang kecil, mungkin dimulai dari didepan satu orang saja, lalu didepan 5 orang, dan seterusnya hingga ada keyakinan pada diri untuk berbicara, atau mungkin berbicara di depan cermin dapat menjadi media untuk latihan tambahan. Ketidakercayaan diri juga saat ini bisa dibantu dengan mencoba berpikir positif serta memandang kelebihan diri sebagai sebuah keunggulan. Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina dari yang lebih muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah Anda seorang mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan untuk memberikan materi mentoring. Untuk kekhawatiran bahwa Anda tidak bisa amanah akan apa yang disampaikan, Anda bisa mentekadkan dalam diri bahwa setelah Anda menyampaikan sesuatu, maka Anda akan langsung menjalankannya.
Bisa saya coba memahami bahwa sebab mengapa ada kader yang punya permasalahan diatas adalah dikarenakania tidak cukup memiliki bekal yang layak untuk menjadi mentor, selain bekal secara ilmu, bekal secara pengalaman atau jam terbang menjadi kebutuhan tersendiri. Berbagai teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak bisa kita dapati, akan tetapi ternyata untuk mengaplikasinya secara penuh merupakan tantangan tersendiri, karena setiap orang punya personal capacity yang berbeda dan kondisi setiap anggota kelompok juga berbeda. Sehingga trik di lapangan akan lebih bermanfaat ketimbang pemahaman materi saja.
Pada kasus ini saya akan menyampaikan beberapa tips saja untuk menjadi seorang mentor yang memahami posisinya, saya tidak akan berbicara materi apa yang tepat atau bagaimana berkomunikasi, akan tetapi jika Anda memahami peran Anda sangat penting sebagai mentor ini, harapan saya Anda bisa termotivasi untuk menjadi mentor yang terus belajar menjadi lebih baik.
Dalam ekskalasi tahapan pembinaan, kita mengenal beberapa tahapan, yakni ;
Peran mentoring dalam tahapan ini ada pada tahap ke-dua, dimana
proses pembentukan kader. Mentoring berperan dalam menguatkan kader yang
sudah baik, dan membentuk kader baru menjadi seorang kader yang militan
dan produktif. Supplai kader ini akan menentukan keberhasilan pada
tahapan selanjutnya. Saya pernah menganalogikan mentoring sebagai tulang
punggung dakwah yang selalu mencetak darah (baca:kader) baru setiap
tahunnya.
Jika dipresentasekan, maka kurang lebih komposisinya dalam hal keberhasilan dakwah adalah
Fase perkenalan : 30 %
Fase pembentukan : 30 %
Fase penataan : 20 %
Fase eksekusi : 20 %
Besarnya komposisi ini menggambarkan bahwa peran sentral mentor dalam mengelola mentoring merupakan peran besar yang sangat strategis dalam pembangunan dakwah kampus kita. Oleh sebab itu, pengelolaan mentoring serta pemahaman mentor yang baik adalah sebuah kebutuhan untuk menguatkan basis ekspansi lembaga maupun kader. Kader yang kuat akan mampu merencanakan dan menjalankan sistem yang kuat, dan sistem yang kuat juga akan menghasilkan kader yang kuat pula. Berikut akan saya paparkan sedikit mengenai tips untuk menjadi mentor yang baik untuk peserta mentoringnya.
Memiliki Ruhiyah yang stabil
Kekuatan ruhiyah atau saya sering menyebut kekuatan langit yang Allah berikan untuk kadernya yang memiliki kedekatakan kepada-Nya. Kekuatan ruhiyah lah yang menunjan seorang kader untuk selalu bertahan dalam dakwah, ia memiliki keyakinan dan keikhlasan bahwa setiap aktifitas yang dilakukan adalah dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata. Sehingga segala tantangan yang dihadapi dapat ia maknai sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan atau sebuah teguran atas kelalaian yang mungki terjadi. Kekuatan ruhiyah dalam konteks mentoring berdampak pada kemampuan diri untuk menyampaikan materi dan diresapi oleh peserta mentoring, dengan kekuatan ini pula, Allah akan membalas cinta kita dengan membukakan hati hati dan pikiran kita dan binaan kita untuk menerima apa yang kita sampaikan. Saya pernah menemukan seorang mentor yang memiliki kelemahan dalam hal berkomunikasi, akan tetapi ia memiliki keunggulan ruhiyah yang baik untuk menunjang amanahnya sebagai seorang mentor, sehingga Allah memudahkan kelompoknya dengan membukakan hati binaannya yang saat itu masih jauh dari Allah dan saat ini menjadi seorang kader yang sangat produktif. Kekuatan ini memberikan ketenangan dan emosi yang menyatukan hati Anda dengan binaan dalam rajut tali menali Kecintaan kepada Allah semata.
Mengenal Pribadi Binaan
Mengenal dengan baik binaan atau peserta mentoring adalah hal yang perlu dilakukan untuk menguasai medan kelompok, mengenal secara pribadi binaan sejak awal dengan harapan dapat segera “in” dengan binaan dan terbentuk kepercayaan diantara mentor dan binaan. Kepercayaan ini adalah modal yang penting bagi seorang mentor dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang mentor mengetahui apa saja yang perlu dipahami olehnya untuk dapat memberikan empatinya dengan baik kepada binaannya.
Karakter, mengetahui bagaimana karakter umum dari binaan, Anda bisa menggunakan buku panduan personality plus untuk mengidentifikasikan karakter binaan. Apakah ia seorang korelis, melankolis, plegmatis, dan sangunis. Dengan mengetahui bagaimana karakternya Anda akan lebih mudah untuk memahami binaan.
Kultur, setiap orang punya kultur yang berbeda-beda, seorang dari Aceh, medan, tentu berbeda dengan seorang dari Jawa atau papua. Setiap kultur ini punya kekhasan masing-masing. Gunakan perbedaan kultur yang ada sebagai kesempatan untuk lebih dekat, dan gunakan kesaam kultur dengan binaan sebagai pendekatan untuk menyampaikan materi.
Latar belakang, masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh terhadap pola pikirnya. Seorang kader yang berasal dari keluarga yang bercukupan tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang kader yang mungkin punya masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda dengan seorang kader yang berasal dari keluarga ulama. Anda sebagai mentor diharapkan dapat mengetahui latar belakang binaan dan dapat mengemas materi sesuai dengan pola pikir binaan.
Visi Personal, setiap manusia mempunyai keinginan, dan masa depan masing-masing. Anda sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui apa yang akan jadi keinginannya di masa datang, sehingga Anda dapat membimbingnya untuk menuju masa depannya yang baik.
Kompetensi, maksud kompetensi disini adalah kemampuan pribadi binaan, apakah itu kompetensi agama, kompetensi akademik, kompetensi seni, kompetensi olahraga, kompetensi softskill, atau kompetensi lainnya. Jadikan kompetensi ini sebagai sebuah kelebihan binaan dan gunakan kesempatan ini sebagai upaya untuk pendekatan materi. Seorang mahasiswa IT bisa didekati dengan contoh contoh istilah programming yang cocok dengan materi. Atau mahasiswa kedokteran yang bisa menggunakan pendekatan bedah mayat sebagai upaya untuk lebih melihat keagungan Allah.
Mengetahui peran Anda
Brother/sister, Seorang kakak / saudara , seorang mentor akan berfungsi sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring dalam hal diskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi, oleh karena itu seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para peserta mentoring sehingga terjadi keterbukaan, dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut.
Coach, Sosok pelatih, pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan melakukan sesuatu, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal. Untuk itu diperlukan karakter pengkader yang ulung bagi seorang mentor. Karena ialah yang akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring untuk dibutuhkan pula kemampuan merangkul dan mempengaruhi dari seorang mentor.
Pathfinder, Petunjuk jalan, seorang mentor diharapkan dapat sebagai pembimbing bagi para peserta mentoring untuk menapaki masa depannya. Dalam hal ini seorang mentor perlu memahami potensi dari peserta mentoring dan memberinya alternatif pilihan terkait masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai pilihan yang ada, dan memberikan rekomendasi kepada peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan peserta mentoring.
Headhunter, Penyiapan dan Pembentuk Mentor baru, kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau mentor senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat membentuk karakter peserta mentoring untuk dapat menjadi mentor di masa yang akan datang.
Variasi Metode
Metode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika memungkinkan cara penyampaian berbeda setiap pekannya. Minimal siapkan 4 variasi metode, sehingga setiap variasi ditemui setiap bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga bersama, bedah buku, kunjungan ke ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill pendukung untuk bekeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit, dan lain-lain), makan bareng, simulasi dan lain lain. Variasi ini bertujuan untuk menghindari kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga disesuaikan dengan kebutuhan agar binaan siap untuk menerimanya.
Jika dipresentasekan, maka kurang lebih komposisinya dalam hal keberhasilan dakwah adalah
Fase perkenalan : 30 %
Fase pembentukan : 30 %
Fase penataan : 20 %
Fase eksekusi : 20 %
Besarnya komposisi ini menggambarkan bahwa peran sentral mentor dalam mengelola mentoring merupakan peran besar yang sangat strategis dalam pembangunan dakwah kampus kita. Oleh sebab itu, pengelolaan mentoring serta pemahaman mentor yang baik adalah sebuah kebutuhan untuk menguatkan basis ekspansi lembaga maupun kader. Kader yang kuat akan mampu merencanakan dan menjalankan sistem yang kuat, dan sistem yang kuat juga akan menghasilkan kader yang kuat pula. Berikut akan saya paparkan sedikit mengenai tips untuk menjadi mentor yang baik untuk peserta mentoringnya.
Memiliki Ruhiyah yang stabil
Kekuatan ruhiyah atau saya sering menyebut kekuatan langit yang Allah berikan untuk kadernya yang memiliki kedekatakan kepada-Nya. Kekuatan ruhiyah lah yang menunjan seorang kader untuk selalu bertahan dalam dakwah, ia memiliki keyakinan dan keikhlasan bahwa setiap aktifitas yang dilakukan adalah dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata. Sehingga segala tantangan yang dihadapi dapat ia maknai sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan atau sebuah teguran atas kelalaian yang mungki terjadi. Kekuatan ruhiyah dalam konteks mentoring berdampak pada kemampuan diri untuk menyampaikan materi dan diresapi oleh peserta mentoring, dengan kekuatan ini pula, Allah akan membalas cinta kita dengan membukakan hati hati dan pikiran kita dan binaan kita untuk menerima apa yang kita sampaikan. Saya pernah menemukan seorang mentor yang memiliki kelemahan dalam hal berkomunikasi, akan tetapi ia memiliki keunggulan ruhiyah yang baik untuk menunjang amanahnya sebagai seorang mentor, sehingga Allah memudahkan kelompoknya dengan membukakan hati binaannya yang saat itu masih jauh dari Allah dan saat ini menjadi seorang kader yang sangat produktif. Kekuatan ini memberikan ketenangan dan emosi yang menyatukan hati Anda dengan binaan dalam rajut tali menali Kecintaan kepada Allah semata.
Mengenal Pribadi Binaan
Mengenal dengan baik binaan atau peserta mentoring adalah hal yang perlu dilakukan untuk menguasai medan kelompok, mengenal secara pribadi binaan sejak awal dengan harapan dapat segera “in” dengan binaan dan terbentuk kepercayaan diantara mentor dan binaan. Kepercayaan ini adalah modal yang penting bagi seorang mentor dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang mentor mengetahui apa saja yang perlu dipahami olehnya untuk dapat memberikan empatinya dengan baik kepada binaannya.
Karakter, mengetahui bagaimana karakter umum dari binaan, Anda bisa menggunakan buku panduan personality plus untuk mengidentifikasikan karakter binaan. Apakah ia seorang korelis, melankolis, plegmatis, dan sangunis. Dengan mengetahui bagaimana karakternya Anda akan lebih mudah untuk memahami binaan.
Kultur, setiap orang punya kultur yang berbeda-beda, seorang dari Aceh, medan, tentu berbeda dengan seorang dari Jawa atau papua. Setiap kultur ini punya kekhasan masing-masing. Gunakan perbedaan kultur yang ada sebagai kesempatan untuk lebih dekat, dan gunakan kesaam kultur dengan binaan sebagai pendekatan untuk menyampaikan materi.
Latar belakang, masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh terhadap pola pikirnya. Seorang kader yang berasal dari keluarga yang bercukupan tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang kader yang mungkin punya masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda dengan seorang kader yang berasal dari keluarga ulama. Anda sebagai mentor diharapkan dapat mengetahui latar belakang binaan dan dapat mengemas materi sesuai dengan pola pikir binaan.
Visi Personal, setiap manusia mempunyai keinginan, dan masa depan masing-masing. Anda sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui apa yang akan jadi keinginannya di masa datang, sehingga Anda dapat membimbingnya untuk menuju masa depannya yang baik.
Kompetensi, maksud kompetensi disini adalah kemampuan pribadi binaan, apakah itu kompetensi agama, kompetensi akademik, kompetensi seni, kompetensi olahraga, kompetensi softskill, atau kompetensi lainnya. Jadikan kompetensi ini sebagai sebuah kelebihan binaan dan gunakan kesempatan ini sebagai upaya untuk pendekatan materi. Seorang mahasiswa IT bisa didekati dengan contoh contoh istilah programming yang cocok dengan materi. Atau mahasiswa kedokteran yang bisa menggunakan pendekatan bedah mayat sebagai upaya untuk lebih melihat keagungan Allah.
Mengetahui peran Anda
Brother/sister, Seorang kakak / saudara , seorang mentor akan berfungsi sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring dalam hal diskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi, oleh karena itu seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para peserta mentoring sehingga terjadi keterbukaan, dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut.
Coach, Sosok pelatih, pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan melakukan sesuatu, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal. Untuk itu diperlukan karakter pengkader yang ulung bagi seorang mentor. Karena ialah yang akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring untuk dibutuhkan pula kemampuan merangkul dan mempengaruhi dari seorang mentor.
Pathfinder, Petunjuk jalan, seorang mentor diharapkan dapat sebagai pembimbing bagi para peserta mentoring untuk menapaki masa depannya. Dalam hal ini seorang mentor perlu memahami potensi dari peserta mentoring dan memberinya alternatif pilihan terkait masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai pilihan yang ada, dan memberikan rekomendasi kepada peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan peserta mentoring.
Headhunter, Penyiapan dan Pembentuk Mentor baru, kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau mentor senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat membentuk karakter peserta mentoring untuk dapat menjadi mentor di masa yang akan datang.
Variasi Metode
Metode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika memungkinkan cara penyampaian berbeda setiap pekannya. Minimal siapkan 4 variasi metode, sehingga setiap variasi ditemui setiap bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga bersama, bedah buku, kunjungan ke ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill pendukung untuk bekeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit, dan lain-lain), makan bareng, simulasi dan lain lain. Variasi ini bertujuan untuk menghindari kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga disesuaikan dengan kebutuhan agar binaan siap untuk menerimanya.
Referensi
bagaimana menyentuh hati ; abbas asyisi
buku terbitan ustadz satria hadi lubis
bagaimana menyentuh hati ; abbas asyisi
buku terbitan ustadz satria hadi lubis
Komentar :
Posting Komentar