Di kampus kami ada suatu trend baru diantara aktifis dakwah, yakni
hubungan ikhwan dan akhwat yang melewati batas, masalah ini meresahkan
sesama aktifis dakwah lain, bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi
permasalahan ini ?
Sejatinya saya tidak begitu suka dengan istilah virus merah
jambu,akan tetapi daripada saya membuat istilah lain dan belum tentu
diterima, saya mencoba menerima bahwa virus itu memang bernama merah
jambu. Terlepas dari namanya yang tidak enak didengar, saya melihat
gejala ini mulai timbul pada era dimana kader dakwah semakin bertambah,
sehingga kualitas pemahaman tidak merata. Sebetulnya ini bukan hal yang
sangat salah, bisa jadi kita melihat dari sudut positif, bahwa ternyata
dakwah kampus diterima oleh objek dakwah, bahkan objek dakwah yang belum
begitu paham akan ajaran Islam secara menyeluruh. Ya, saya ingin
mencoba mengingatkan Anda bahwa VMJ bukanlah hal yang buruk sekali. Kita
perlu sedikit mengganti frame kita, jika ada kader yang terkena virus
ini, maka ia adalah objek dakwah bagi kita. jadi pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan objek dakwah. Berkembangnya dakwah
belakangan ini membuat berbagai metoda pendekatan dakwah dilakukan,
apakah itu dengan cerpen, novel atau nasyid. Dan perlu kita ingat bahwa
cerpen, novel atau nasyid yang berkembang banyak seputar kisah
percintaan suci antara dua kekasih. Ini bisa menjadi salah satu penyebab
berkembangnya pemikiran kader. Seharusnya media seperti itu
diperuntukkan bagi objek dakwah yang masih awam, akan tetapi entah
mengapa kader inti pun juga menyenangi media dakwah seperti itu. Pada
dasarnya Virus ini mulai merebak biasanya disebabkan oleh 2 hal,
Pertama, longgarnya regulasi atau tata nilai tidak tertulis terkait hubungan ikhwan dan akhwat. Pengamatan saya menilai virus ini cepat merebak di perkotaan, untuk di daerah biasanya lebih sedikit, karena tata nilai hubungan ikhwan dan akhwat lebih rigit. Pencegahan yang bisa kita lakukan untuk virus ini adalah membentengi kader dengan dua kerentanan sebab diatas, yakni dengan tata nilai hubungan ikhwan akhwat serta ukhwah yang kuat. Terkait hubungan ikhwan akhwat, bisa dimulai dengan pembatasan waktu berkomunikasi, seperti tidak ada hubungan komunikasi ( kecuali darurat ) antara ikhwan dan akhwat diantara pukul 21.00 s.d subuh, atau terkait hijab saat bertemu dan rapat, atau pencegahan sms yang tidak penting ( bahkan sms berisikan tausiyah juga bisa menjadi masalah ). Memang diperlukan ketegasan di sisi pemimpin dakwah agar tata nilai ini bisa berjalan, akan tetapi untuk lembaga dakwah yang sangat terbuka dan heterogen memang perlu kebijakan khusus karena salah kebijakan dapat membuat kader antipati dengan dakwah itu sendiri.
Kedua, lemahnya ukhwah diantara kader. Mengapa saya mengatakan lemah ukhwah, karena virus ini biasanya bermula dari kurangnya perhatian dari sesama gender, maka ia mencari pelarian ke gender yang berbeda. Memang sudah fitrahnya saya rasa, kita lebih nyaman dengan bercerita dengan lawa jenis. Saya kurang tau mengapa, tapi memang begitu adanya. Selanjutnya sisi ukhwah diantara kader dakwah, coba bangun nuansa kekeluargaan, merajut budaya keterbukaan untuk berbagai kesusahan maupun kesedihan, berbagi senyum dan tangis di antara kader sesama gender. Ketika seseorang sudah nyaman untuk bercerita dengan sesama kader yang satu gender, ia tidak akan berpikir untuk bercerita kepada lawan jenis. Buadaya apresiasi perlu dibangun diantara kader dakwah, mulai dari hal yang sepele seperti mengungkapkan perasaan terima kasih, atau pujian atas keberhasilan, selalu berpikir positif sesama kader, dan budaya saling mendukung satu sama lain.
Jika ternyata sudah terjadi kasus ini maka diperlukan penanganan yang tepat dan sabar. Penangananvirus ini harus dengan kesabaran, dan mengutamakan emosi ketimbang logika. Karena seorang yang telah dilanda asmara biasanya sulit menggunakan logika dalam berpikir, emosi lebih berperan dalam hal ini. Maka pendekatan emosi perlu dilakukan agar solusi yang diberikan tidak melukai kedua belah pihak.
Mengenali siapa yang terjerat virus ini
Mengenal dengan baik, siapa yang terjangkit virus ini, apakah ia seorang yang memiliki ego tinggi, apakah ia seorang yang baru saja puber, ataukah ia seorang yang pendiam. Selain itu klasifikasikan ia pada sisi amanaha struktural. Apakah ia seorang staf, atau ketua departemen, atau lainnya. Hal ini untuk juga menyesuaikan solusi yang diberikan. Selain itu kenali juga sejauh mana virus ini berdampak pada dirinya, sejauh mana menganggu aktifitas akademik dan dakwahnya. Dengan mengetahui bagaimana kadar virus ini baru bisa kita menentukan langkah selanjutnya.
Pendekatan solusi
Metode pendekatan solusi yang dilakukan pada dasarnya ada 5 hal, yakni dengan ;
1. Diskusi rutin ( tidak terjadwal, tapi memiliki alur, untuk menyadarkan tanpa menghakimi )
2. Pembebanan amanah lebih agar ia lebih fokus pada kegiatan ketimbang urusan hatinya dengan lawan jenis
3. Menegaskan regulasi atau tata nilai
4. Mengingatkan melalui mentor yang bersangkutan
5. Membiarkan saja, akan tetapi tetap pastikan ia dalam lingkungan dakwah, selama ia masih dalam lingkungan dakwah ia akan lebih terjaga, dan mendoakan agar suatu hari sadar
Kesemua pendekatan solusi ini sebisa mungkin dilalukan oleh satu orang saja tidak perlu beramai-ramai, jika perlu virus ini tidak disebarluaskan untuk kepentingan menjaga perasaan saudara kita.
Menjalankan dengan sabar
Menyelesaikan virus ini butuh kesabaran yang besar, waktu yang diperlukan bisa lama bisa sebentar, tergantung sejauh mana kadar virus dan usaha kita untuk setia “menemani” saudara kita. Dalam proses penyembuhan virus ini, Anda juga tidak boleh menjustifikasi kader ketika diskusi, biarkan ia menyampaikan pendapatnya dan keluhannya, tunjukkan tekad kita bahwa kita bisa menjadi tempat berbagi, yakinlah pula bahwa jodoh selalu ada bagi kita. Meyakinkan dengan pendekatan emosional. Buat ia terbuka, buat ia bercerita, buat ia bisa nyaman dengan kader sesama gender.
Memang pada dasarnya tidak ada prosedur atau rumus baku untuk menyelesaikan virus ini, akan tetapi tips yang telah diberikan bisa dijadikan sebuah pegangan untuk menentukan langkah teknis untuk menyelasika virus ini.
Pertama, longgarnya regulasi atau tata nilai tidak tertulis terkait hubungan ikhwan dan akhwat. Pengamatan saya menilai virus ini cepat merebak di perkotaan, untuk di daerah biasanya lebih sedikit, karena tata nilai hubungan ikhwan dan akhwat lebih rigit. Pencegahan yang bisa kita lakukan untuk virus ini adalah membentengi kader dengan dua kerentanan sebab diatas, yakni dengan tata nilai hubungan ikhwan akhwat serta ukhwah yang kuat. Terkait hubungan ikhwan akhwat, bisa dimulai dengan pembatasan waktu berkomunikasi, seperti tidak ada hubungan komunikasi ( kecuali darurat ) antara ikhwan dan akhwat diantara pukul 21.00 s.d subuh, atau terkait hijab saat bertemu dan rapat, atau pencegahan sms yang tidak penting ( bahkan sms berisikan tausiyah juga bisa menjadi masalah ). Memang diperlukan ketegasan di sisi pemimpin dakwah agar tata nilai ini bisa berjalan, akan tetapi untuk lembaga dakwah yang sangat terbuka dan heterogen memang perlu kebijakan khusus karena salah kebijakan dapat membuat kader antipati dengan dakwah itu sendiri.
Kedua, lemahnya ukhwah diantara kader. Mengapa saya mengatakan lemah ukhwah, karena virus ini biasanya bermula dari kurangnya perhatian dari sesama gender, maka ia mencari pelarian ke gender yang berbeda. Memang sudah fitrahnya saya rasa, kita lebih nyaman dengan bercerita dengan lawa jenis. Saya kurang tau mengapa, tapi memang begitu adanya. Selanjutnya sisi ukhwah diantara kader dakwah, coba bangun nuansa kekeluargaan, merajut budaya keterbukaan untuk berbagai kesusahan maupun kesedihan, berbagi senyum dan tangis di antara kader sesama gender. Ketika seseorang sudah nyaman untuk bercerita dengan sesama kader yang satu gender, ia tidak akan berpikir untuk bercerita kepada lawan jenis. Buadaya apresiasi perlu dibangun diantara kader dakwah, mulai dari hal yang sepele seperti mengungkapkan perasaan terima kasih, atau pujian atas keberhasilan, selalu berpikir positif sesama kader, dan budaya saling mendukung satu sama lain.
Jika ternyata sudah terjadi kasus ini maka diperlukan penanganan yang tepat dan sabar. Penangananvirus ini harus dengan kesabaran, dan mengutamakan emosi ketimbang logika. Karena seorang yang telah dilanda asmara biasanya sulit menggunakan logika dalam berpikir, emosi lebih berperan dalam hal ini. Maka pendekatan emosi perlu dilakukan agar solusi yang diberikan tidak melukai kedua belah pihak.
Mengenali siapa yang terjerat virus ini
Mengenal dengan baik, siapa yang terjangkit virus ini, apakah ia seorang yang memiliki ego tinggi, apakah ia seorang yang baru saja puber, ataukah ia seorang yang pendiam. Selain itu klasifikasikan ia pada sisi amanaha struktural. Apakah ia seorang staf, atau ketua departemen, atau lainnya. Hal ini untuk juga menyesuaikan solusi yang diberikan. Selain itu kenali juga sejauh mana virus ini berdampak pada dirinya, sejauh mana menganggu aktifitas akademik dan dakwahnya. Dengan mengetahui bagaimana kadar virus ini baru bisa kita menentukan langkah selanjutnya.
Pendekatan solusi
Metode pendekatan solusi yang dilakukan pada dasarnya ada 5 hal, yakni dengan ;
1. Diskusi rutin ( tidak terjadwal, tapi memiliki alur, untuk menyadarkan tanpa menghakimi )
2. Pembebanan amanah lebih agar ia lebih fokus pada kegiatan ketimbang urusan hatinya dengan lawan jenis
3. Menegaskan regulasi atau tata nilai
4. Mengingatkan melalui mentor yang bersangkutan
5. Membiarkan saja, akan tetapi tetap pastikan ia dalam lingkungan dakwah, selama ia masih dalam lingkungan dakwah ia akan lebih terjaga, dan mendoakan agar suatu hari sadar
Kesemua pendekatan solusi ini sebisa mungkin dilalukan oleh satu orang saja tidak perlu beramai-ramai, jika perlu virus ini tidak disebarluaskan untuk kepentingan menjaga perasaan saudara kita.
Menjalankan dengan sabar
Menyelesaikan virus ini butuh kesabaran yang besar, waktu yang diperlukan bisa lama bisa sebentar, tergantung sejauh mana kadar virus dan usaha kita untuk setia “menemani” saudara kita. Dalam proses penyembuhan virus ini, Anda juga tidak boleh menjustifikasi kader ketika diskusi, biarkan ia menyampaikan pendapatnya dan keluhannya, tunjukkan tekad kita bahwa kita bisa menjadi tempat berbagi, yakinlah pula bahwa jodoh selalu ada bagi kita. Meyakinkan dengan pendekatan emosional. Buat ia terbuka, buat ia bercerita, buat ia bisa nyaman dengan kader sesama gender.
Memang pada dasarnya tidak ada prosedur atau rumus baku untuk menyelesaikan virus ini, akan tetapi tips yang telah diberikan bisa dijadikan sebuah pegangan untuk menentukan langkah teknis untuk menyelasika virus ini.
Komentar :
Posting Komentar