Bagaimana caranya agar agenda syiar dan kaderisasi dapat sinergis, karena seringkali agenda syiar seperti tidak berhubungan atau bahkan bertentangan dengan kaderisasi ?
Syiar dan kaderisasi, dua peran utama lembaga dakwah kampus. Saya sering menemukan pertanyaan seperti diatas, dimana lembaga dakwah kampus belum mampu mensinergisasikan dua agenda ini dengan harmonis. Keudanya berjalan masing-masing dan cenderung bertentangan. Permasalahan seperti, tidak ada follow up syiar, agenda syiar dan kaderisasi bentrok, ketika syiar meningkat maka kaderisasi kewalahan, dan sebaliknya, jika ada agenda kaderisasi maka syiar tidak ada.
Padahal kedua nya akan mampu berjalan secara sinergis dan saling mendukung satu sama lain. mari kita coba memandang secara umum, bagaiamana peran dakwah itu sendiri ditinjau dari tingkatan segmentasi objek dakwah.
Gambar diatas bisa memperlihatkan bahwa dakwah/syiar mempunyai peran
dalam perubahan objek dakwah menuju kader. Pada awalnya seorang adalah
antipati Islam, dimana ia menolak ajaran Islam, atau bersikap tidak
peduli, syiar berperan untuk mencerahkan objek dakwah ini agar ia
menjadi simpatisan, dimana simpatisan dapat dilihat dari kepedulian ia
akan agenda keislaman serta mulai berafiliasi terhadap nilai Islam.
Selanjutnya pendukung dakwah, adalah ia mulai berkontibusi dalam dakwah,
akan tetapi tidak terikat dengan lembaga dakwah yang ada, atau ia mulai
terlibat sebagai peserta dalam berbagai kesempatan agenda syiar. Dan
peran terakhir syiar adalah mentransformasukan para pendukung dakwah
agar menjadi kader dakwah yang aktif sebagai subjek dakwah di kampus.
Dalam bagan ini bisa kita lihat bahwa objek syiar dan kaderisasi berbeda, kaderisasi hanya berperan dalam membina kader saja, sedangkan syiar mempunyai peran besar sebagaimana yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Dari gambar diatas maka dapat diambil sebuah poin penting yakni, syiar dan kaderisasi mempunyai peran dan objek yang berbeda.
Selanjutnya kita akan melihat dari sisi tahapan dakwah secara proses.
Dalam bagan ini bisa kita lihat bahwa objek syiar dan kaderisasi berbeda, kaderisasi hanya berperan dalam membina kader saja, sedangkan syiar mempunyai peran besar sebagaimana yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Dari gambar diatas maka dapat diambil sebuah poin penting yakni, syiar dan kaderisasi mempunyai peran dan objek yang berbeda.
Selanjutnya kita akan melihat dari sisi tahapan dakwah secara proses.
Dari matriks diatas kita dapat melihat bawah syiar berperan pada
tahap pertama dakwahm yakni memperkenalkan Islam itu sendiri. Tahap
perkenalan ini adalah tahap yang paling penting dimana ia akan
menentukan kuantitas kader di masa yang akna datang, semakin banyak
kader yang terekrut dalam agenda syiar, maka akan berdampak pada kader
yang akan aktif dan berdampak pada semakin baiknya agenda syiar kedepan,
yang juga mengakibatkan semakin banyak kader yang terekrut. Syiar dan
kadeisasi baga matriks diatas adalah sebuah proses, agenda syiar juga
merupakan sebuah ladang latihan beramal bagi kader. Disini bisa kita
lihat bagaimana harmonisnya syiar dan kaderisasi pada lembaga dakwah
kampus.
Bagaimana caranya untuk menindaklanjuti agenda syiar ? saya akan ilustrasikan dalam sebuah contoh agenda ta’lim. Di sebuah kampus, di adakan sebuah ta’lim yang dihadiri oleh 50 orang peserta. ta’lim ini menuai respon positif dari peserta yang puas akan ilmu dan pelayanan yang didapat ( diketahui melalui lembar evaluasi peserta ), lalu panitia membuat sebuah daftar hadir, yang berisi identitas peserta serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Sebagai tindaklanjut dari ta’lim ini, panitia mengadakan ta’lim lanjutan 2 pekan selanjutnya dengan mengundang secara khusus peserta yang datang pada ta’lim pertama, dan ternyata lebih dari setengah peserta ta’lim pertama hadir pada ta’lim kedua. Panitia melihat kesempatan besar ini, lalu diakhir ta’lim kedua, panitia mengumumkan adanya pembinaan agama rutin bagi yang berminat dalam bentuk mentoring dan ajakan untuk menjadi panitia ta’lim selanjutnya. Disini panitia menggunakan dua pendekatan kepada simpatisan untuk menjadi kader, yakni dengan mentoring dan menjadi panitia, yang tentunya akan mampu menarik segmentasi simpatisan yang berbeda.
Bisa kita lihat dalam ilustrasi diatas, bahwa tindak lanjut syiar untuk masuk ke dalam fasa kaderisasi adalah dengan mengajaknya langsung, baik itu secara masif seperti yang dicontohkan diatas, atau secara individu. Tim kaderisasi harus mampu melihat peluang yang ada, tidak bisa hanya menunggu orang untuk menjadi kader, tim kaderisasi harus mampu melihat setiap kesempatan pada setiap agenda syiar yang ada, karena kita tidak akan pernah mengetahui kapan seseorang akan mendapatkan hidayah dari Allah.
Terkait keseimbangan agenda syiar dan kaderisasi, saya sering melihat bahwa ketika sebuah lembaga dakwah menjalani banyak agenda dakwah, kegiatan kaderisasi terbengkalai. Sehingga kasus seperti kejenuhan kader, kader kurang sense dalam berdakwah dan sebagainya muncul. Pengalaman mengatakan bahwa hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan besarnya agenda syiar dengan jumlah kader yang ada, serta kegagalan dari tim kaderisasi dalam menjalankan sistem pemantauan kader serta pelaksanaan kaderisasi rutin.
Bagaimana caranya untuk menindaklanjuti agenda syiar ? saya akan ilustrasikan dalam sebuah contoh agenda ta’lim. Di sebuah kampus, di adakan sebuah ta’lim yang dihadiri oleh 50 orang peserta. ta’lim ini menuai respon positif dari peserta yang puas akan ilmu dan pelayanan yang didapat ( diketahui melalui lembar evaluasi peserta ), lalu panitia membuat sebuah daftar hadir, yang berisi identitas peserta serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Sebagai tindaklanjut dari ta’lim ini, panitia mengadakan ta’lim lanjutan 2 pekan selanjutnya dengan mengundang secara khusus peserta yang datang pada ta’lim pertama, dan ternyata lebih dari setengah peserta ta’lim pertama hadir pada ta’lim kedua. Panitia melihat kesempatan besar ini, lalu diakhir ta’lim kedua, panitia mengumumkan adanya pembinaan agama rutin bagi yang berminat dalam bentuk mentoring dan ajakan untuk menjadi panitia ta’lim selanjutnya. Disini panitia menggunakan dua pendekatan kepada simpatisan untuk menjadi kader, yakni dengan mentoring dan menjadi panitia, yang tentunya akan mampu menarik segmentasi simpatisan yang berbeda.
Bisa kita lihat dalam ilustrasi diatas, bahwa tindak lanjut syiar untuk masuk ke dalam fasa kaderisasi adalah dengan mengajaknya langsung, baik itu secara masif seperti yang dicontohkan diatas, atau secara individu. Tim kaderisasi harus mampu melihat peluang yang ada, tidak bisa hanya menunggu orang untuk menjadi kader, tim kaderisasi harus mampu melihat setiap kesempatan pada setiap agenda syiar yang ada, karena kita tidak akan pernah mengetahui kapan seseorang akan mendapatkan hidayah dari Allah.
Terkait keseimbangan agenda syiar dan kaderisasi, saya sering melihat bahwa ketika sebuah lembaga dakwah menjalani banyak agenda dakwah, kegiatan kaderisasi terbengkalai. Sehingga kasus seperti kejenuhan kader, kader kurang sense dalam berdakwah dan sebagainya muncul. Pengalaman mengatakan bahwa hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan besarnya agenda syiar dengan jumlah kader yang ada, serta kegagalan dari tim kaderisasi dalam menjalankan sistem pemantauan kader serta pelaksanaan kaderisasi rutin.
Grafik diatas merupakan gambaran mengenai bagaimana kita
memposisiskan performa syiar dan kaderisasi, terkadang agenda syiar
fluktuatif, ketika ada momen besar, maka ia akan mengadakan agenda
besar, sedangkan ketika tidak ada momen penting, syiar biasanya
menyesuaikan dengan mengadakan syiar yang sederhana seperti media, dan
ta’lim rutin saja. ketika syiar sedang dalam kondisi tinggi, maka
kaderisasi eksidental dikurangi atau ditiadakan, sehingga kader juga
bisa fokus pada agenda syiar, jadikan pula agenda syiar sebagai latihan
beramal kader yang juga masuk dalam tahapan kaderisasi. Sedangkan saat
syiar sedang menurun, maka agenda syiar eksidental seperti diklat,
outbound dan lainnya dapat lebih di maksimalkan. Untuk kaderisasi rutin,
seperti mentoring, sms tausiyah, sistem penjagaan kader, dan lainnya
harus tetap dijalankan secara rutin dengan kadar yang stabil. Pembagian
peran serta waktu ini dapat membuat agenda syiar dan kaderisasi dapat
berjalan beriringan. Syiar sebagai latihan beramal, dan kaderisasi
sebagai persiapan untuk syiar yang lebih besar. Bisa dilihat disini
bahwa keduanya akan saling mendukung untuk aktifitas dakwah yang lebih
besar kedepannya.
Saya menyarankan adanya temu tim syiar dan kaderisasi secara rutin untuk saling mendukung kegiatan satu sama lain. tim kaderisasi harus mampu menjaga kader yang beraktifitas serta memberikan materi yang dibutuhkan untuk syiar, sedangkan syiar juga diharapkan mampu untuk menyesuaikan agendanya terhadap kapasitas kader yang ada.
Saya menyarankan adanya temu tim syiar dan kaderisasi secara rutin untuk saling mendukung kegiatan satu sama lain. tim kaderisasi harus mampu menjaga kader yang beraktifitas serta memberikan materi yang dibutuhkan untuk syiar, sedangkan syiar juga diharapkan mampu untuk menyesuaikan agendanya terhadap kapasitas kader yang ada.
dikutip dari buku “Analisis Instan Problematika Dakwah Kampus” karya Ridwansyah Yusuf Ahmad
Komentar :
Posting Komentar