Ketika da’wah tidak hanya bergulir di ruang-ruang masjid, namun juga
dalam berbagai lembaga profesi yang sarat formalisme (aturan baku yang
mengikat) dan kecanggihan infrastruktur. Maka persoalan metode da’wah
menjadi bahan renungan sangat penting. Salah satu dari metode itu ialah
membasiskan seruan dan da’wah tersebut di atas prinsip-prinsip
profesionalitas. Sesuatu yang di dalam Islam sering diistilahkan dengan
itqon.
Kebutuhan akan profesionalitas dalam mengajak orang ke jalan
kebaikan, sesungguhnya tidak hanya monopoli bagi orang-orang kantor.
Tetapi setiap pekerjaan, terlebih ajakan ke jalan kebaikan, kepada
siapapun ajakan itu disampaikan, kepada siapapun seruan itu disuarakan,
semuanya memerlukan pengelolaan yang profesional. Itu sudah menjadi
garis jalan (sunnah) yang ditetapkan Allah. Ia bahkan telah menyatu
dengan tata kehidupan alam semesta.
Seorang muslim yang bisa tampil profesional dalam lingkup tugasnya,
akan punya ruang dan kesempatan lebih untuk menyampaikan ajakannya ke
jalan kebaikan. Maka, dapat dikatakan, sebelum mengajak orang lain, kita
sendiri harus tampil profesional pada bidang-bidang harian yang menjadi
tanggung jawab kita.
Berikut ini beberapa hal mendasaryang merupakan pilar penting profesionalitas.
1. Kesungguhan Kerja (Performance)
Dalam konteks menjalankan tugas, misalnya, memahami secara mendalam
materi penugasan yang kita emban adalah hal yang sangat penting.
Sehingga, paling tidak, mesti tertanam dua motivasi dalam diri kita.
Pertama, bahwa pelaksanaan tugas ini terkait dengan prinsip bahwa kita selalu diawasi Allah SWT. Kedua,
bahwa tugas itu pada hakekatnya adalah sarana “perkenalan” yang efektif
kepada rekan-rekan dan atasan kita. Oleh sebab itu, perlu kiranya
diupayakan penambahan ide-ide baru orisinil kita dalam penyelesaian
tugas-tugasyang ada. Caranya, dengan lebih mendalami tugas yang diterima
dan mencari tambahan referensi lain dalam penyelesaiannya.
2. Komunikasi Kerja (Writing and Reporting Skills)
Komunikasi dan penyampaian gagasan secara tertulis merupakan satu hal
yang sangat penting dalam kerja profesi. Kita perlu terbiasa mengemas
penyelesaian tugas yang kita jalani dengan laporan yang rapi. Ini
membutuhkan kemampuan menulis laporan dan notulensi yang baik. Selain
kemampuan menulis juga bermanfaat untuk mengkomunikasikan pekerjaan dan
ide kita pada forum-forum seminar ilmiah. Sehingga melalui forum-forum
seperti ini kita membangun networking lintas lembaga (departemen lain atau kepada pihak swasta), atau lintas disiplin.
Maka membuat daftar (database) pribadi tentang tugas-tugas
yang telah kita kerjakan akan memudahkan kita memberikan laporan secara
sistematis kepada atasan dan dapat dipakai untuk mengukur prestasi kerja
kita pribadi. Dengan langkah ini lah kita akan terbiasa bekerja
tertata.
3. Memahami Visi Lembaga (Strategic Thinking)
Untuk dapat membuat ide besar di organisasi, kita mesti mengenal apa
ide dan tujuan besar keberadaan lembaga kita. Ini dikenal belakangan
dengan istilah visi dan misi lembaga. Untuk mengetahui hal ini, kita
dapat bertanya kepada keypersons clan membaca laporan-laporan lama yang
ditulis para founding fathers institusi tempat kita beramanah, seraya
terus mengikuti perkembangan mutakhir yang terkait dengan fungsi
strategic institusi itu.
Selain itu, perlu ditemukan posisi unik dan signifikan institusi kita
di tengah konstalasi sistem. Pemahaman ini akan menjadi modal bagi kita
untuk: pertama, bagi pribadi, menemukan kepastian dan kebanggaan akan
tempat kita beramanah. Dan kedua, meningkatkan kemampuan dalam membangun
networking.
4. Mengajukan Gagasan (Formal Communication Skills)
Perangkat lain yang juga penting dalam da’wah profesi adalah
kemampuan mengajukan gagasan secara oral. Keterampilan ini dimulai dari
kemampuan dan kemauan untuk mendengar. Perlu ditemukan momentum-momentum
penting di mana kita dapat menyampaikan gagasan-gagasan cerdas untuk
meningkatkan prestasi lembaga. Hal lain dalam kaitannya dengan pengajuan
gagasan adalah kemampuan presentasi ide. Ketepatan penyampaian masalah,
waktu, dan sarana yang digunakan merupakan bekal yang sangat menunjang
keberhasilan presentasi.
5. Manajemen Waktu dan Tugas (Time and Tasks Management)
Dalam menerima kesibukan tugas, kita mesti pandai memilah berdasarkan
tingkat prioritas. Pada saat sibuk dibutuhkan kecepatan dan ketepatan
kerja. Baik sekali bila kita punya teman sejawat yang dapat bahu membahu
menyelesaikan tugas-tugas yang mesti dikerjakan.
Namun ada saatnya tugas-tugas itu mesti dikerjakan sendiri. Inilah
fase di mana kemampuan kita diuji secara optimum. Bahkan jika kita mampu
melalui fase ini, barangkali tidak lama lagi kita akan diberikan amanah
kepemimpinan (misalnya pimpinan unit kerja, kelompok kerja atau unit
struktural. Kunci terpenting untuk dapat melalui fase ini adalah
kemampuan memenej waktu dan tugas dengan baik. Ketekunan dan ketepatan
kita masuk dan pulang pada jam kantor sangat penting.
6. Jaringan (Network Creating)
Pemahaman kita akan visi dan misi lembaga ditambah perkenalan kita dengan key persons
akan membawa kita pada lingkungan dan forum-forum yang lebih luas.
Jaringan komunikasi juga mesti dirintis atas dasar kemampuan individual.
Salah satunya adalah dengan memasuki asosiasi profesi yang terkait
dengan spesialisasi kita. Asosiasi profesi biasanya mengadakan pertemuan
ilmiah atau kongres secara rutin. Forum-forum ini merupakan tempat
efektif untuk memperkenalkan keahlian atau spesialisasi kita.
Ada cara lain yang sangat efektif untuk memperkenalkan diri ke
masyarakat luas, yaitu dengan menyampaikan gagasan pada media massa yang
dibaca oleh orang banyak. Atau dengan menggagas penelitian dan kerja
lintas lembaga. Intinya adalah kita membangun networking seluas mungkin.
Enam tips itqon di atas dapat dikatakan bersifat individual dalam
rangka memperkenal sosok kita. Ini merupakan syarat penting sebelum kita
berinteraksi dengan orang lain dan mengajak mereka ke jalan kebaikan,
secara personal maupun massal. Bisa dikatakan, menjadi pribadi yang
profesional adalah entry pointnya. Setelah itu, masih banyak hal yang mesti dilakukan.
(wallahu’alam)
Komentar :
Posting Komentar